Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional diketahui bahwa pada tahun 2021 komposisi jenis sampah sisa makanan di Indonesia memiliki persentase terbesar yaitu 40,26%. Oleh karena itu, sampah sisa makanan menjadi tantangan bersama yang perlu ditangani hingga akarnya.
Salah satu terobosan pengelolaan sampah dilakukan oleh Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA), yang berlokasi di Kelurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo, Kota Yogyakarta. FKWA mengembangkan inovasi pengelolaan sampah organik dengan biokonversi maggot BSF (Black Soldier Fly). Maggot BSF atau belatung adalah larva dari lalat Black Soldier Fly dengan nama latin Hermetia Illucens. Maggot berguna dalam proses penguraian bahan-bahan organik karena Maggot mengkonsumsi sampah sayuran dan buah. Kemampuan Maggot dalam mengurai sampah sangat cepat. Dalam waktu 24 jam 10.000 ekor Maggot BSF dapat mengurai 5 kg sampah organik. Maggot juga mampu memakan sampah organik sebanyak 2 hingga 5 kali berat badannya per hari.
Cara budidaya Maggot tergolong mudah, alat yang dibutuhkan berupa kandang lalat BSF yang terbuat dari kayu atau papan yang bercelah sebagai tempat kawin Maggot, wadah kecil untuk penetasan telur, dan rak untuk tempat pembesaran maggot. Kandang ditutup kawat atau kasa dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari.
Dalam bidang peternakan maupun pertanian, Maggot juga memiliki manfaat tersendiri. Maggot dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber kompos atau pupuk organik yang tidak berbau. Penggunaan maggot untuk pertanian juga dapat menekan penggunaan pupuk berbahan kimia. Sementara itu, dalam bidang peternakan Maggot dapat dijadikan pakan unggas dan ikan karena memiliki nilai protein yang tinggi yaitu mencapai 51%.
0 Komentar